Aneh, baru kali ini aku menyukai yang abstrak
Aku bahkan tak bisa berimajinasi
Seperti apa hidungmu yang katanya besar
Aku hanya bisa mendengar betapa
Renyahnya suaramu melalu benda mati
Yang bergantung pada jaringan satelit
Aku hanya bisa menerka-nerka
Gaya bahasamu melalui pesan instan berbayar
Sekali waktu aku ingin kita berjalan dan bersinggungan lengan
Cuma sekedar memastikan
Tinggi badanku seperberapanya dari tinggi badanmu?
Sayangnya alam semesta seolah bersinergi
Menghalangi setiap rencana sowan kami
Melebur rencana menguapkan wacana
Mataku seperti miopi
Rabun jauh yang tak bisa melihat
Dalam jarak lima senti
Kamu buram, kamu samar
Dan harapan itu seolah menepi
Menjauh, terasing dari sang pereka.
Untuk karib yang ‘mencari’ si Abstrak
No comments:
Post a Comment