Seorang janin takkan pernah tahu
Pada rahim yang mana
Ia akan dititipkan
Sampai kedua telinganya
Mendengar kumandang Adzan
Dan seluruh tubuhnya
Berada dalam dekapan
Seorang bayi takkan pernah tahu
Berada di keluarga yang mana
Ia akan dibesarkan
Sampai wajah lelah itu
Hadir meredam dikala malam
Dan wajah yang lainnya
Bersyukur karena terhibur
Seorang batita baru akan tahu
Siapa orangtuanya
Sampai bisa menyebut
Ayah.. dan Bunda..
Wajah-wajah itu ternyata ambigu. Saru
Semakin terasa ragu
Akan semua yang telah berlalu
Sampai terdengar kabar yang berseru
Sebuah fakta telah tersingkap
Yang selama ini mereka sekap
Ia pun bersiap..
Ternyata.. ia tak terlahir
Dari rahim yang diduga
Ternyata.. ia tak dibesarkan
Oleh yang semestinya
Ini seperti sinetron
Yang kisahnya monoton
Sayangnya ini kenyataan
Dan ia berhadapan
Ia masih belia
Rasanya sulit diterima
Karena ego yang tak pernah sama
Kedewasaan datang menuntut
Ia pun menurut
Sampai ia bersujud
"Ayah.. Bunda..
Awalnya aku menghujat
Mengapa aku yang harus tersesat?"
"Ayah.. Bunda..
Aku takkan membenci
Apalagi sampai mencaci"
"Ayah.. Bunda..
Ternyata semua telah tertera
Dalam Lauhul Mahfudz-Nya
Karena semuanya fana
Toh aku akan kembali pada-Nya :') "
No comments:
Post a Comment